<bgsound loop='infinite' src='music.mp3'></bgsound>

Wednesday, February 26, 2014

KeBaHaGiAaN

Motivasi hari ini :

Seorang Syekh yang alim lagi berjalan-jalan santai bersama
salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah taman.
Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya
melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh. Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang
bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sang murid melihat kepada syekhnya sambil berujar:
?Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di
belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, ia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia kaget dan cemas!?

Syekh yang alim dan bijak itu menjawab:
 ?Ananda, tidak
pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang
miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja
menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba
memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya, kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu?.
Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia
langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar uang
ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu ia bersembunyi
di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa
yang akan terjadi dengan tukang kebun.
Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil
mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia berjalan
menuju tempat sepatunya ia tinggalkan sebelum bekerja.
Ketika ia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia
menjadi terperanjat, karena ada sesuatu di dalamnya. Saat ia
keluarkan ternyata?....uang.
Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi
uang.
Dia memandangi uang itu berulang-ulang, seolah-olah ia tidak
percaya dengan penglihatannya.
Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidak
melihat seorangpun.
Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak
dengan suara tinggi, seolah-olah ia bicara kepada Allah ar rozzaq :

?Aku bersyukur kepada-Mu wahai Robbku. Wahai Yang Maha
Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan.
Mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah
menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka?.
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi
langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari
Allah Yang Maha Pemurah. Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.
Ketika itu Syekh yang bijak tersebut memasukkan pelajaran
kepada muridnya :

?Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih
dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan
menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu??

Sang murid menjawab:

?Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru paham makna
kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku:

?Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan
yang lebih banyak dari pada kamu mengambil?.

Sang guru melanjutkan pelajarannya.
Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam :
? Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas
dendam adalah suatu pemberian.

? Mendo?akan temanmu di belakangnya (tanpa
sepengatahuannya) itu adalah suatu pemberian.

? Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka
buruk darinya juga suatu pemberian.

? Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di
belakangnya adalah pemberian lagi.
Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi
tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja.


Semoga bermanfa'at ...

Tuesday, February 25, 2014

HiKmAh

Ada seorang raja yang hobinya memburu binatang. Setiap kali ingin pergi memburu, raja ini membawa penasihatnya sekali. Mereka berdua masuk ke dalam hutan. Kemudian, raja tersebut ternampak seekor rusa. Lalu, raja itu menembaknya. Namun, rusa itu masih belum mati. Raja itu mengeluarkan pisau lalu meyembelih leher rusa itu. Tanpa disedari, satu jarinya telah terpotong. Lalu, dia mengadukan kesakitannya kepada penasihatnya itu. Kata raja,"Wahai penasihatku, sungguh sakit yang ku rasakan akibat terpotongnya jariku ini". Penasihat itu menjawab dengan tenang,"Ada hikmahnya, tuanku". Raja mula berang. Dikatanya,"Wahai penasihat, hikmah apakah yang ada jika jariku terpotong? Tiada hikmah. Malah aku kehilangan satu jari". Kemudian, raja itu menghumban penasihat itu ke dalam penjara istananya. Selepas itu, si raja meneruskan hobinya. Kali ini, raja itu berseorangan. Lama beliau di hutan. Namun, seekor binatang pun tidak dijumpai. Raja itu pun terus berjalan hingga sampai ke hutan dalam. Kemudian, terdapat sebuah perkampungan orang asli. Orang asli disitu makan orang. Kebetulan pula, hari tersebut adalah Hari Raya Korban bagi mereka. Lalu, mereka menangkap raja tersebut untuk dijadikan korban. Raja itu diletakkan di dalam kawah besar. Perencah dan rempah sudah dimasukkan. Air pun telah dimasukkan sehingga paras dadanya. Hanya belum dinyalakan api sahaja. Maka, orang asli disitu bertanyakan kepada Tok Batin mereka. Kata mereka,"Tok, bolehkah kita menjadikan orang itu sebagai korban kita?". Tok Batin menjawab,"Boleh sekiranya tiada kecacatan pada tubuhnya". Lalu, mereka memeriksa tubuh raja itu dan mendapati jarinya kurang satu. Hal itu pun diadukan kepada Tok Batin. Kemudian Tok Batin menjawab,"Lepaskanlah dia kerana kecacatan pada jarinya". Raja itu pun dilepaskan. Dengan segera si raja pulang ke istana. Si raja bergegas menuju ke penjara istana. Lalu, dia menemui penasihatnya kemudian memeluknya sambil menangis. Penasihat itu pun pelik. Kemudian dia bertanya,"Wahai tuanku, apakah yang telah terjadi?". Tuanku menceritakan segala yang terjadi. "Benarlah katamu. Ada hikmah hilangnya satu jariku ini. Jika tidak, pasti aku menjadi korban mereka". Kemudian si penasihat menjawab,"Wahai tuanku, ada hikmahnya engkau meletakkan ku di dalam penjara ini. Jikalau aku turut bersamamu, pasti engkau akan terselamat dan aku akan menjadi korban mereka".

Setiap yang berlaku ada hikmahnya. Allah Maha Mengetahui. Begitu juga dengan sunnah Nabi. Sunnah dalam pemakaian, tutur kata, ketika berjalan, ketika hendak makan dan minum. Terkadang ianya nampak remeh. Namun, pahalanya sangat besar di sisi Allah swt.

Kisah ini disampaikan oleh Habib Najmuddin bin Othman Al Khered di dalam Malam Cinta Rasul 
Semoga dapat dijadikanBH iktibar dan bermanfaat untuk kita.

Moga Allah Redha.
[c/p]